Kamis, 14 Januari 2010

ABORTUS

DEFINISI
Sebagaiman kita ketahui bahwa abortus itu sendiri merupakan berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum buah kehamilan tersebut mampu hidup diluar kandungan dengan berat kurang dari 500 gram atau sebelum usia kehamilan 20 minggu. Pada kehamilan muda tak jarang abortus didahului oleh kematian mudigah.

ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya abortus, diantarnya :
1. Kelainan pertumbuhan masa konsepsi. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keliananm pada masa konsepsi ini yaitu, kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna, pengaruh dari luar.
2. Kelaianan pada plasenta.
Endartentis dapat terjadi dalam vili koriates dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hiprtensi menahun.
3. Penyakit ibu.
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-lain dapat menyebabkn abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasnta masuk kejanin, sehingga menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti penyakit brosellosis, mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan walaupun lebih jarang.
4. Kelainan traktus genitalis.
Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelaianan bawaan uterus dapat menyebabakn abortus.

Secara klinik abortus dapat dibedakan atas :
1. Abortus imminens, yaitu peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dimana hasil konsepsi masih berada di dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Diagnosisnya dapat ditegakkan pada wanita hamil dengan perdrahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit tatu tidak sakit sama sekali, uterus membesar sesuai usia kehamilan, serviks belu membuka dan tes kehamilan positif.
Penanganannya berupa :
1. istirahat baring
2. USG
3. pemberian hormon
2. Abortus insipiens, yaitu peristiwa perdarahan uterus pad kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkta, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
3. Abortus inkompletus, yaitu pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertnggal dalam uterus.
Penanganannya , apabila perdarahannya disertai dengan syok dapat diberikan infus NaCl atau RL. Setelah syoknya tertangani, pengerokan dapat dilakukan.
4. Abortus habitualis, yaitu abortus spontan yang terjadi lebih dari tiga kali berturut-turut.
Penanganannya, dapat diberikan infus dan transfusi darah dan segera berikan antibiotik seperti penicilli 4x1,2 juta dan gentamycin 3x8 mg, chloromycetin 4x500 mg, cephalosporin 3x1 gr, sulbenicillin 3x 1-2 gr. Kuretase dapat dilakukan dalam 6 jam dan penangnan demikian dapat dipertanggung jawabkan karena pengeluaran sisa-sisa abortus mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan nekrotik yang bertindak sebagai medium pembiakan bagi jasad renik.
5. Abortus servikalis yaitu keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh osteum uteri eksternum yang tuidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, bundar dan dindingnya menipis.terapai terdiri dari dilatasi serviks dengan busi hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
6. Missed abortus, yaitu kamatian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
Penanganannya tergantung dari kondisi janin itu sendiri, dilihat dari kadar fibrinogen dalam darah. Kondisi ibu juga perlu diperhatikan. Pengeluaran hasil konsepsi pada missed banortus dapat dilakukan dengan cara laminan selama 12 jam dalam kanalis servikalis yang kemudian dapat diperbesar dengan busi hegar sampai cunam ovum atau jari dapat masuk kedalam cavum uteri.
Jika besar uterus melebihi dari 12 minggu usia kehamilan maka pengeluaran hasil konsepsi diusahakan dengan infus intravena oksitosin dengan dosis cukup tinggi.
7. Abortus infeksious (abortus septik), yaitu baortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan abortus septik merupakan baortus dengan infeksi yang berat disertai penyebaran kuman atau toksin kedalam peredaran darah atau peritonium.

PEMERIKSAAN PENUNJANG :

1. Test HCG Urine Indikator kehamilan Positif
2. Ultra Sonografi Kondisi janin/cavum ut terdapat janin/sisa janin
3. Kadar Hematocrit/Ht Status Hemodinamika Penurunan (< 35 mg%)
4. Kadar Hemoglobin Status Hemodinamika Penurunan (< 10 mg%)
5. Kadar SDP Resiko Infeksi Meningkat(>10.000 U/dl)
6. Kultur Kuman spesifik Ditemukan kuman


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri
4. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab
5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

INTERVENSI KEPERAWATAN :
1. Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan
Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
a. Kaji kondisi status hemodinamika
R : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
b. Ukur pengeluaran harian
R : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
c. Berikan sejumlah cairan pengganti harian
R : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif
d. Evaluasi status hemodinamika
R : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik

2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan :
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
a. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
R : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
b. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
R : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
c. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
R : Mengistiratkan klilen secara optimal
d. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien
R : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan
e. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
R : Menilai kondisi umum klien

3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
R : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
R : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
c. Kolaborasi pemberian analgetika
R : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik

4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
R : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
R : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
c. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
R : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
d. Lakukan perawatan vulva
R :Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
e. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
R : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
f. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa perdarahan
R : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.

5. Cemas s.d kurang pengetahuan
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit
R : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
R : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang penyakit
c. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
R : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien
d. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama
R : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan
e. Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
R : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.


DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad(1981) Obstetri Patologi, Elstar Offset, Bandung
Jnpkkr-Pogi (2000), Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Wong,Dona L& Perry, Shanon W (1998) Maternal Child Nursing Care, Mosby Year Book Co., Philadelphia
– (--), Protap Pelayanan Kebidanan RSUD Dr. Sutomo Surabaya, Surabaya

0 komentar:

Posting Komentar